.avatar-image-container img { background: url(http://l.yimg.com/static.widgets.yahoo.com/153/images/icons/help.png) no-repeat; width: 35px; height: 35px; }

"Memento Mori"

What is the PRECIOUS thing you TREASURE most in your LIFE?

"Memento Mori" means:

Remember you are mortal...

Vita brevis breviter in brevi finietur,
Mors venit velociter quae neminem veretur,
Omnia mors perimit et nulli miseretur,

Ad mortem festinamus peccare desistamus.




Aku baru sadar kalo jauuuh di negeri orang lain bisa lebih meningkatkan rasa nasionalisme n cinta Tanah Air.

Mungkin pikiranku yang tambah error, tau memang ni Indonesia lagi kacau balau? Dimulai dari berita simpang-siur disana-sini, bencana alam bertubi-tubi menyerang kawasan pulau Sumatera dan Jawa, belum lagi rasa kangeen berat terhadap masakan asli negeri Khatulistiwa ni.

Indonesia sedang diguncang berbagai macam bencana alam hampir diseantero negeri. Misalnya tsunami, banjir, tanah longsor, gempa, gunung meletus dan masih banyak lagi. Berbagai macam teori yang diajukan untuk dijadikan penyebab lahirnya bencana tersebut; mulai dari penggundulan hutan, penyalahgunaan lahan, sampai global warming. Banyak banget lah. Belum selesai konflik pasca tsunami di Aceh, langsung disusul 5 gempa dengan skala yang lumayan besar. Indonesia benar-benar menangis darah...


Prihatin nih. Emang gimana sih kerja pemerintah, masa cuma bertindak pasca bencana doang? Gk ad tindakan solutif lain kek, kyk pencegahan gitu, atau mempunyai sistem yang dapat mengindikasikan adanya gempa seperti di Jepang?  Berapa puluh korban lagi coba, atau berapa ratus korban lagi harus menumpahkan tangis mereka karena kehilangan sanak saudara? Kerabat? Keluarga?

~{x-Penasaran? Langsung aja "click" judulnya untuk artikel lebih lengkap!-x}~



Eits..eits..cool down, cool down! Jangan salahkan pemerintah gitu! Emang aku sendiri dah ngerjain ap, bisa protes sambil loncat-loncat... kayak apa aj (:D).

Well, rupa-rupa punya pura, ternyata pak SBY kita sudah mempelajari dan bertukar pengetahuan dengan Jepang dalam penanganan bencana alam (Why Japan? Coz it's my fav country! Hahaha....just wonder :-/), dikarenakan negara tersebut sudah mempunyai sistem penanganan bencana yang baik dan terorganisir.


Belakangan ini juga tengah dicoba pengembangan deteksi gempa dengan menggunakan gravimeter, alat pengukur lokal medan gravitasi bumi. Alat ini dilengkapi dengan sebuah sistem superkomputer yang disebut Superconducting Gravimeter (SG)--alat pengukur perubahan gaya berat atau gravitasi Bumi. Stasiun Pengamatan Gaya Berat Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) bekerja sama dengan perguruan tinggi di Jepang akan menerapkan SG di Indonesia.

SG memiliki keunggulan, yaitu dapat memantau gravitasi dengan kepekaan yang tinggi dan memberi gambaran terperinci mengenai interaksi perubahan massa atmosfer sesuai kondisi cuaca. Selain itu, alat ini juga digunakan untuk memantau perilaku kerak bumi yang dipengaruhi konstelasi Bumi terhadap planet lain yang berperan dalam memicu gempa bumi. Gampangnya, alat ini dapat mendeteksi indikasi gempa kecil dan gempa besar.

Nah, mungkin itu sudah cukup menjadi solusi. Tapi masih ada bencana satu lagi, yaitu krisis identitas nasional.

Sering kalo ak jalan-jalan ke pasar tradisional disini, ataupun berkunjung ke rumah teman (penduduk lokal, beibeh!), sekian detik habis melihat wajah 'oriental' ini, pasti mereka langsung tanya:
 "Oi, lo orang Indonesia ye?"
"Iye, emang knape?"
"Kagak, kagak knape2. Gw cuman mo bilang, orang Indonesia tuh orangnya baik-baik banget, apalagi di sini."
(Mukaku langsung merah kayak tomat) "Owh! Ya iya lah, orang-orangnya keren-keren lagi, mwuhahaha!"

(Dialog di atas benar-benar 'sering' terjadi. Tapi bahasanya jelas gak kayak gitu :D)

Yang paling aku salute dari masyarakat sini, yaitu mereka dapat membawa negeri mereka dalam setiap pokok pembicaraan, hasil karya, dan nama itu selalu harum. Yah, mungkin gak selalu, jika kita telisik satu persatu dengan jarum sejarah, banyak juga tinta hitam yang tergores -- disamping tinta emas yang ada tentunya (Indonesia jelas lebih banyak :D). Tapi dapat terlihat di mata mereka, gaya berpakaian mereka, adat dan tradisi mereka, keseharian mereka, bahwa jauh di dalam hati mereka tersimpan rasa cinta yang dalam terhadap sang 'ibu kandung'.

Lantas, gimana kalo di-compare dengan para teenagers di Negeri Seribu Pulau ni? Well, coba lihat sehari-harinya gimana. Gaya berpakaian, wah, udah parah. Sehari aja ketinggalan trend yang ada, alamat jadi bulan-bulanan teman di sekolah, atau kampus. Dibilang kuper kek, gak modis kek, jadul kek, eh...kakek! (Ada kakek-kakek lewat..). Belum dari segi bahasa. Jujur, sekarang bahasa di Nusantara ini tambah rumit aja. Mo nulis A aj sampe diganti nomer 4 segala. Imbuhan 'nya' disingkat dengan 'x'. Aku jadi 'aq'. Atau singkatan-singkatan lain (maklum, jarang SMS) yang hampir menyerupai bahasa pemrograman. Kalo dulu ketika di sekolah kita diajarkan, "Coba dilihat kembali di KBBI (Kamus Besar Bahasa Ibu), kira-kira istilah tersebut apa artinya .". Nah, kalo sekarang, KBBI dijual mahal, jarang di-update, rekaman historiknya dah pada kehapus, kalo kita disuruh merujuk kembali ke KBBI mana sempat? Sempat 'Googling' arti lebay aj berpuluh arti yang keluar. Tidak tahulah daku, kata manakah yang benar?! Rata-rata dari segi budaya, kita condong terlalu miring ke arah Barat.



Dari Negeri Seribu Menara ini, sering aku bareng temen-temen memonitor perkembangan SDM di Ibu kita Pertiwi. Disini, karena jumlah populasi yang tidak lumayan banyak, seringnya frekuensi pertemuan dan ikatan persaudaraan bangsa Tanah dan bangsa Air yang ada, maka setiap kali ada hari jadi 'peristiwa bersejarah' Indonesia, pasti dirayakan. Tetapi sayang, ada juga orang-orang yang sudah terbang tinggi jauh sampai di awan, tapi lupa darimana asal dia terbang. Lupa...darimana dan untuk apa dia sudah jauh-jauh-susah datang. Lupa...apa asal tujuan dan orientasi awal semula. Lupa diri. Lupa tempat. Lupa negeri sendiri. Lupa.......identitas.

Pertanyaanya: Ini aj di negeri orang, gimana kalo terjadinya di negeri sendiri coba?!! (dan...yah, bisa dilihat sendiri lah gimana fakta yang ada).


Akhirnya, jadilah negeri yang aku cintai pada saat ini adalah rasionalisme, dimana akal bersujud kepada hati, tetapi tetap memegang kendali. Rasio yang tetap mempertahankan nama 'Indonesia' bukan sekedar istilah kosong, disebut tak bergaung, dibaca asal lalu. Rasio dimana ideologi Cinta Tanah Air bukan sekedar melekat di kaos-kaos oblong, etalase, iklan produk ataupun buku-buku, tetapi tertancap jauh dan lebih jauh di dalam akar hati nurani. Rasio yang memegang teguh prinsip: "Merah darahku! Putih tulangku! Merah Putih sebagai pemersatu!" dan bukan cuma embel-embel para diplomat bermuka tikus. Whatever, my nationality is a "Rationality" stated above .....what's about yours? 

Increase web site traffic

11 comments:

Shin-kun said...

siip... setuju... terkadang rasa nasionalisme lebih terasa ketika kita jauh dari kampung halaman :)...

October 18, 2009 at 10:20 PM  
soff-tis said...

ehmm ini tulisan yang penuh perasaan dari orang indonesia yang tinggal di negeri seberang tentang negerinya sendiri,good luck man live overthere .^_^

October 19, 2009 at 12:29 AM  
narti said...

memang benar kalau setelah tinggal di LN rasa nasionalismenya tinggi.

October 19, 2009 at 12:32 AM  
sda said...

sedikit banyak mengenalkan budaya kita ke orang lain. makasih sharingnya.

October 19, 2009 at 12:34 AM  
ijal said...
setiya said...
Igniel said...

aku juga ada nih boss postingan beginian

MENGEMBALIKAN JATI DIRI BANGSA

ikutan SEO'an juga?

wuakkakakak ayo jadi anak bangsa yang lebih mnencintai negeri sendiri!!!

October 19, 2009 at 9:05 PM  
Unknown said...

Mari kita tingkatkan rasa nasionalisme didiri kita masing2, tanpa harus menunggu rasa itu datang disaat kita lagi jauh dengan Indonesia..Semangat

October 19, 2009 at 10:53 PM  

x>Shin-kun: wah, bukan terkadang lagi. Malah kalo gak merasa, tu keterlaluan banget

x>soff-tis: ahahaha! Habis kontemplasi n introspeksi diri, nyadar dulu pas di Indo gak kayak gini :(

x>narti: sip!

x>sda: u're welcome! Anggap aj rumah sendiri, sering-sering dateng, kay? (sekalian bayar pajak rumah :-p)

x>ijal: thx!

x>setiya: 100 % terjamin

x>[L]ain: sip! Aku udah baca tuh, mantep juga (jadi inget, dulu pas upacara juga sering tertidur, haha. Sekarang sudah beda, semoga)

October 19, 2009 at 11:23 PM  
Shin-kun said...

Betul, dulu pas Shin-kun dapet kesempatan study ke negeri orang, sekalinya ketemu orang Indonesia, uiii... rasanya bedaaa... nasionalismenya memang lebih kereen :D...

October 20, 2009 at 3:01 AM  

Nasionalisme skrg uda luntur..
tapi bukan berarti mati...
Bangkitkan semangat cinta tanah air ini.. karena kita adalah Tumpuan2 Bangsa ini!

October 24, 2009 at 7:53 AM  

Post a Comment

Protected by Copyscape Duplicate Content Detection Software