.avatar-image-container img { background: url(http://l.yimg.com/static.widgets.yahoo.com/153/images/icons/help.png) no-repeat; width: 35px; height: 35px; }

"Memento Mori"

What is the PRECIOUS thing you TREASURE most in your LIFE?

"Memento Mori" means:

Remember you are mortal...

Vita brevis breviter in brevi finietur,
Mors venit velociter quae neminem veretur,
Omnia mors perimit et nulli miseretur,

Ad mortem festinamus peccare desistamus.


Ohayoo. Sekarang masih pagi. Kaget habis bangun, ternyata masih terbayang dengan jelas mimpi semalam. Padahal biasanya kalo aku mimpi, pasti selayang pintas. Kayak kentut gitu lah, bau sebentar terus ilang (hehe :-p). Tapi yang ini lain. Sangat clear di memori. Seperti slow-motionnya The Matrix, bahkan sampe nulis ni post masih aj kebayang. Well, biasanya kalo Rav mimpi gini tu berarti premonition. Atau cuma 'bunga tidur'? Entahlah.
Ok, jadi begini ceritanya...

Ada sebuah rumah, entah bagaimana bentuknya...tidak terbayang jelas. Yang jelas, ada seseorang di rumah tersebut yang masih mempunyai relasi keluarga. Dia mengundangku untuk berkunjung. Kemudian entah kenapa, ada perasaan seakan mendengar sebuah command untuk memasuki sebuah kamar. Kamar tersebut berada di balik tembok sebelah kiri sekitar 2-3 meter setelah memasuki pintu masuk. Jangan tanya, "Terus kalo di sebelah kanan ad pa-an?". Gak tahu juga.

Setelah memasuki tu kamar,  baru sadar  kalo aku sedang menggunakan jaket hitam tebal, lengkap dengan tudung kepala yang menutupi wajah. Nah, entah "someone's-that-related-with-my-fam" (selanjutnya saya panggil Vad aj biar gampang) tu ngomong apa, yang jelas dia berbicara dengan seseorang di kamar tersebut yang sedang duduk di atas kasurnya, seorang cewek. Mungkin si Vad memperkenalkan saya dengan cewek tersebut, karena lantas dia sangat antusias dan ngelihatin saya seperti orang mo beli baju-baju di supermarket, dari atas sampe bawah tubuh gue gak lepas dari matanya. Tapi nyantai aj sih. Langsung aja aku duduk di sampingnya sambil buka jaket. Woi, ternyata dingin ya? Berarti itu alasanku barusan pake jaket. Hitam juga konduktor panas, jadi pasti lebih hangat. Tapi cerita ini baru dimulai dari sini.
~{x-Penasaran? Tolong jangan dibaca lagi deh, please....-x}~

Duduk-duduk nyantai. Cewek disebelahku (biar gampangnya kita panggil Lypste gtu aj y?) diam aj. Aku juga males buka obrolan. Hening sejenak, lantas si Lypste buka mulut. "Ternyata kamu ganteng juga, ya?"
Aku diam aj. Ngapain juga dibales? Pertanyaan gak penting. Well, gak tahu kenapa padahal waktu itu lagi mimpi, tapi terasa ngantuk banget. Langsung aj aku tidur-tiduran di atas kasur. Eh, gak tahunya si Lypste ikut tidur-tiduran di sebelahku! Sepertinya sebelumnya dah pernah kenal, entah dimana. Kami merasa seakan sudah akrab satu sama lain. Tapi...aku gak tahu dia itu siapa.

Karena dingin (dan biasanya kalo di rumah langsung meluk guling, biar tambah hangat gitu :-p), aku nyari sesuatu yang bisa dipeluk. Dan, mang kayaknya ni otak lagi error banget, langsung aj aku meluk tuh si Lypste. Kalo gak salah, aku juga bilang sesuatu. Tidak ada kaitannya dengan asmara tw romansa, srry aj, nggak. Sayangnya...lupa. I can't recall, even if I tried quiet hard. Aku memeluk dia. Si Lypstenya gak bergeming. Jadi terus aj aku peluk, ternyata tambah hangat ya :-p. Akhirnya kerongkongan si Lypste mulai ber-vibrasi lagi. Tapi entah dia ngomong ap juga, aku lupa.

Tiba-tiba saja aku berada di sebuah gedung. Dari ruang-ruang di dalamnya yang berjejer rapi, banyak kursi dan meja kosong, tidak lupa sebuah papan tulis yang 'bertengger' di tembok, kemungkinan gedung ini sebuah sekolah. Aku berkeliling sebentar. Banyak sedikit pemuda-pemudi yang seumuran denganku, berjalan ke pojok. Ada sebuah lorong yang kurang terkena cahaya, jadi aku tidak memperhatikan tadi. Langsung saja aku mengikuti mereka. Rupanya ada beberapa kamar, dimana mereka masuk untuk berganti baju, ada juga yang duduk-duduk sambil celoteh riang sana-sini, dan beberapa ada yang sibuk dengan agenda pribadi. Berarti ini asrama. Sekolah dengan asrama di dalamnya. Well...

Aku memasuki sebuah kamar yang sedikit luas dengan sebuah karpet hijau tergelar di tengah-tengah ruang. Seorang pemuda, dan sepertinya lebih tua dari aku, segera berjalan ke arahku setelah melihat ada seorang asing yang masuk ke kamar mereka (mungkin, :-p). Dia berkata sesuatu. Aku kurang menangkap isi pembicaraannya, lantas kutanyakan ulang. Dia mengulang kembali. Entah darimana datangnya, langsung saja aku tusuk dia dengan sebuah pedang, tepat di dada! Kok tiba-tiba ada pedang? Gak tahu, namanya juga mimpi.

Cipratan darahnya mengenai badanku. Mataku sedikit rabun, tertutup oleh warna merah. Aku menarik kembali pedang dari tubuhnya, lantas kutusuk balik! Teman-temannya (mungkin,  :-p) langsung panik begitu mengetahui apa yang terjadi. Aku juga panik. Yang terbersit di pikiranku waktu itu hanyalah...

Mereka melihatku.

Mereka melihat aku menusuk seseorang (bukan membunuh, kita gak tahu kalo dia mati atau enggak kan?).
Jika mereka keluar dari kamar ini, bisa saja mereka menyebarkan omong kosong ini, dan menyebabkan aku ditangkap atau apa. Dan ini tidak bisa dibiarkan.

Dengan kewaspadaan seekor serigala dan amukan seekor singa lapar, aku segera menebas orang-orang di sekitarku. Beberapa orang kutusuk. Beberapa yang lain aku tebas. Tubuhku benar-benar berkeringat darah. Karpet hijau itu kini berubah merah. Teriakan dimana-mana. Mataku gelap. Nyalang dengan buram merah pekat. Baru kusadari ada beberapa orang yang sempat kabur dari kamar itu, karena pintunya terbuka. Bergegas aku keluar. Pedangku aku tinggal begitu saja.

Di luar, aku segera bergegas ke kelas-kelas. Pasti mereka bersembunyi di salah satu kelas kosong ini, begitu pikirku. Aku berjalan kesana-kemari, setiap meja dan kursi aku obrak-abrik, tapi tetap saja tidak seorang pun ketemu. Panik, karena bisa saja mereka telah kabur dan melaporkan hal ini kepada orang lain! Gelagapan aku mencari mereka. Kursi dan meja aku banting. Sedikit lama aku mencari, aku mulai merasakan keringat asli yang keluar dari tubuhku. Tapi tiba-tiba terasa ada yang menyentuj pundakku. Aku berbalik.
Rupanya ada orang lain! Dia melihatku! Aku tertangkap basah!
Tapi dia menatapku dengan pandangan heran, bukan marah atau menghukum. Dia menatapku dan seakan-akan bertanya (aku lupa gimna ngomong lengkapnya), "Ada apa?". Aku baru sadar. Tubuhku yang sebelumnya berlumuran darah tidak lagi merah. Bersih seperti semula. Pandanganku juga jernih. Tidak ada sepercik noda merah pun di bajuku, setelah aku perhatikan kembali. Tapi kemudian aku berpikir, "Kapan aku nyuci? Kapan mandi? Tapi untunglah.". Nyesel aj, kok setelah kejadian di kamar tadi, aku gak ganti baju atau bersihin badan dulu gitu ya, biar gak ketahuan?

Segera saja dia menggiringku ke sebuah aula. Mungkin kiranya aku seorang pelajar di sekolah tersebut, dan ingin mengacau atau berbuat rusuh gitu. Aku diam aj. Sesampainya di aula, banyak orang tua memakai jubah abu-abu. Mereka menanyaiku macam-macam. Aku menjawab:" Aku bukan pelajar disini." "Tidak, aku seorang mahasiswa, dan bukan disini. Di lain tempat." "Aku tidak bermaksud apa-apa, aku hanya mencari beberapa temanku. Aku kira mereka sedang bersembunyi di kelas-kelas, jadi aku cari mereka disana." Mereka tetap menanyaiku panjang lebar, yang aku jawab seenaknya. Mataku memandang ke sekeliling. Sampai di pojok ruangan, ada dua anak yang menggigil. Takut. Mereka berpelukan satu sama lain. Dan pandangan mereka...pandangan mereka setelah melihatku...

Aku bisa menangkapnya. Fear.  Takut. Cemas. Ingin kabur. Ingin lari. Ingin teriak. Pandangan seekor mangsa pada sang pemburu. Pandangan dua orang manusia terhadap...monster!

Mereka langsung berdiri, lari menuju pintu. Aku langsung mengejar mereka. Tapi seorang tua didepanku menahan tanganku. Aku marah. Ingin berontak, tapi tenaganya kuat. Tiba-tiba saja sebuah pedang muncul entah darimana di sebelah orang tua itu. Secepat kilat aku ambil dan aku tebas ke tangannya. Para orang tua lain memekik. Sebuah ide yang telah telah memenuhi benakku, kini kembali lagi. Hilangkan saksi! Hilangkan bukti! Aku menebas beberapa orang di dekatku, tapi dengan cepat aku berpikir lagi. Mereka itu cuma orang tua. Gampang ntar. Cari yang muda dulu.

Langsung saja aku keluar dan menutup pintu. Ada sebuah palang, yang langsung kupasang di depan pintu untuk  mencegah mereka keluar. Aku berlari sambil memasang telinga dengan tajam. Mereka di depan! Ya, aku bisa mendengarnya! Kupercepat lariku, sambil memegang erat pedang. Sedikit lagi... beberapa meter lagi...
Mereka terpojok.
Senyum sinis terbentuk di wajahku.
Dengan emosi yang sangat tinggi, aku arahkan tebasanku ke wajah mereka.....hanya sekitar beberapa senti sampai ujung pedangku mengenai mereka....
Gelap.

Aku terbangun.

Dan melihat jam di handphone, waduh aku kesiangan! Parah!

Tetapi apa mimpi barusan? Terasa nyata sekali? Apa artinya? Entahlah.

Di pagi itu...aku terbangun sembari bertanya-tanya, "Mengapa?".

--x--

Dan aku baru sadar...ternyata tulisan di atas cuma buat ngibulin kalian semua, Bohong besar, haha :D

1 comments:

Yunna said...

Post a Comment

Protected by Copyscape Duplicate Content Detection Software