tatapku terkurung, hanya dalam sekotak hasrat?
Dulu sang murai terpenjara bisu
pandangnya kosong, menyanyi sumbang:
"Rumahku dulu angin, berubah kabut
simfoniku embun pagi, kini terhalang jeruji
dan kawanku sang mentari, tatapnya sendu
Aku ingin mencium langit biru!"
Kini lepas kepak sayap patahnya
dengan sejuta asa berkelok terbang
tapi entah hendak berarah?
"Rumah yang dulu hangat, berhembus panas
simfoni penyayat hati menggerung berang
saga membara, bertangis langit darah
kini alam tak lagi bersapa ramah!"
Lama dia mematung di angkasa
dan kelak, dalam jeruji dingin
dia kembali...
3 comments:
salam sahabat
November 16, 2009 at 5:14 AMwah setelah dibaca n diresapi sungguh sangat mengharu...thnxs n good luck ya
wah, sudah lama tak berkunjung ke sini
November 16, 2009 at 6:28 PMmakin lama, makin asik
puisinya bagus bak seorang pujangga sedang bertasbih hehehe...
x>Dhana: ahaha, yang jlas ni bkn personal, cm ngambil impresi dri tmen yg brusan ngalami
November 17, 2009 at 8:53 AMx>Fira: wah, trlalu brlebihan. waktu nulis nih puisi gak jelas, lagi asyik dengerin music rock, gk lagi bertasbih :-P
Post a Comment