Muka bertemu, lidahku batu
Padahal mentari sudah menyelip di balik ufuk
belai hangat hati santun
Padahal murai berkicau asyik di beringin
menyapa kilau ratusan embun
Pasti hatiku kejut kala kau
dan tawa manis serenyah gemercik hujan di kolam
dan pesona kemayu bak ratu nirwana turun dari kahyangan
atau manis tutur kata, jelmaan Emily untuk Gilbert
atau hidung yang penjarakan Sinta di kalbu Rahwana
Tapi pusat segala semesta letaknya di hati
Lilin-lilin di sana bersemayam
pijar cantik di tengah kelam
Lilin-lilin bertukar arif,
ada yang temaram, sekedar tenggelam
juga meruak, lantas butakan
Semana pantas?
Yang hapuskan dingin di sebuah gelap
Yang berbasuh tabir, tidak mencelakan
Bagi sang pria, lilin-lilin itu disimpan
ditunggunya hati-hati, biar tabah tegak menjulang
Lautan cahaya, sempurna mencerahkan
Tapi nanti semua padam
Cuma satu lilin untuk pelita hati
Kamu tahu?