Kala pagi tersamar kabut
Sebentar lagi,
Terik itu tersibak tanpa pesona galau
dan ketika pelik kutitip surya,
sepi seperti beralur dalam gelombang pukau
Tanpa kata-kata, mata-mata terkesima
rasanya kemilau mengelupas senja
bolehkah pekat menggumpal suka tanpa selaksa?
Ketika elegi berbisik kata pesona indah...
Jika kuning seperti angin, dan biru — butiran debu
maka aku berdiri dalam memoar segumpal pasir
Tapi bukan fantasi melankolia,
atau lembut sepoi dahlia di udara
Rasanya tetes hujan cahya di bawah dekap pelangi
Melambai terhanyut harmoni,
dekap semu sedu sedan!
Pernah aku menitip salam,
berjalan gontai dalam malam
membalas kerlip bulan yang manja tertahan,
lalu pagi kembali...