~sebuah cerpen~
Seperti malam-malam yang lain, jalanan itu sepi. Pucat si bulan seperti mau muntah, kuning galaunya tertutup awan kelabu yang cemburu pada banyaknya bintang. Lampu-lampu di pinggir jalan rusak separuh. Beberapa malah kedap-kedip seperti lampu disko. Genangan air dan kumpulan sampah berserak yang tak jelas dari apa, membuat Anna sedikit bergidik. Ia sebenarnya tidak takut gelap. Ia benci kotor. Tidak bersih. Tidak higienis. Sampah-sampah itu jelas membawa banyak penyakit. Beberapa anjing buduk saling berebut sisa makanan. Wanita bertubuh semampai itu segera menyingkir ke sisi lain jalan. Meski sinar lampu tidak terlalu terang, tapi dia masih bisa melihat ke sekitar, hanya dalam radius beberapa meter. Asal jangan dekat-dekat dengan hewan najis itu, batin Anna.
Anna mempercepat langkah. Awalnya dia tidak ingin melewati gang ini. Tapi apa boleh buat, dia sudah terlambat. Baginya pulang diatas jam 12 malam adalah hal yang tabu. Karena dia harus tidur cepat, dengan porsi yang cukup tentunya. Lalu bangun dengan sinar pagi yang membelai lembut, ditemani dengan secangkir teh dan sepotong roti beralaskan selai nanas, dan melanjutkan aktifitasnya yang padat sebagai mahasiswi di Universitas ‘Ainu Syams dengan rutinitas yang terpogram.
Huh! Ia mengutuk dalam hati. Rencananya harus disusun lagi dari awal.
Beberapa puing terserak sisa pembangunan di gang yang sempit itu. Anna memerhatikan dengan seksama. Di depan tumpukan batu itu, sebuah rumah kecil yang seharusnya akan dijadikan sebuah losmen dengan harga murah, sudah ditelantarkan menjadi rumah hantu. Tidak ada orang yang mau menginap di tempat kumuh dalam gang menjijikkan seperti ini, pikir Anna. Hanya beberapa bulan setelah losmen itu diresmikan dan pemiliknya melarikan diri entah kemana. Losmen itu ditelantarkan begitu saja, karena itu penduduk lokal menyebutnya rumah hantu. Kosong, sepi, tanpa penghuni. Plakat kayu bertuliskan Cairo Inn yang bertengger di atas pintu losmen sudah lapuk digerogoti rayap, samar-samar menyisakan huruf ‘Ir’ dan ‘In’. Hampir beberapa minggu yang lalu polisi lokal sempat menciduk beberapa pengedar narkotika yang menjadikan losmen itu sebaga markas mereka. Kini rumah hantu itu hanya menjadi kandang bagi anjing-anjing dan hewan-hewan lain yang terlantarkan. Anna sedikit mengernyit dan mempercepat langkahnya. Bahkan dari jarak beberapa meter saja sudah tercium bau tidak sedap. Kotoran dari binatang-binatang itukah?Atau bangkai?