Mind, Puppet and Butterflies |
Sebenarnya ada lagi satu, entah dosa atau apalah itu. Kemalasan. Tapi seperti terpengaruh oleh satu sifat terakhir ini, tidak usah muluk-muluk mencari metafora untuk malas. Semua orang sudah sangat akrab. Meski tidak sedikit yang menjadikannya pasangan hidup.
Begitulah Tujuh Dosa –capital veins atau cardinal sins- yang diperkenalkan Katolik dalam ajaran mereka. Seringkali diadaptasi menjadi beragam literatur dan pelbagai karya seni, terutama pada Abad Pertengahan. Karya-karya Dante yang seperti orang nyemplung ke Neraka, Hieronimus Bosch dengan lukisan simbolisnya, Paus Gregory I dengan penambahan beberapa definisi, bahkan sampai dijadikan akronim mnemonik ‘SALICIA’ supaya mudah diingat. Yang jelas, Quod Erat Demonstrandum, satu konklusi yang bisa ditarik, bahwa umat awam Kristiani seringkali menjadikan Tujuh Sifat Buruk ini menjadi komedi dalam bahan perbincangan. Keringat darah berucucuran untuk hidup di dunia hanya sebagai penebusan dosa yang tak mengenal akhir.