Sebuah istilah meskipun diyakini oleh banyak orang bahwa
makna yang dikandung adalah sama, tetapi dalam implementasinya mempunyai
kenyataan yang berbeda. Dalam hidup, misalkan, apa yang kita perjuangkan
didalamnya? Sebagai umat Islam kita sudah mengetahui jika Dia tidaklah
menciptakan manusia dan jin kecuali untuk beribadah kepadaNya. Dan kita juga
sangat mengerti jika seorang muslim yang kuat dan berwawasan luas lebih tinggi
derajatnya daripada golongan muslim lain yang bertolakbelakang sifatnya. Lantas
apakah semua muslim sudah melakukan tiga hal sepele yang tertera diatas? Belum
tentu. Bahkan yang menyadari secara kaffah pun relatif lebih sedikit
daripada tidak. Kemudian, mengulang sebuah pertanyaan filosofis diatas yang
terlihat simpel tapi dalam, sebenarnya apa yang kita perjuangkan dalam hidup
ini?
Jawaban pun beragam. Pikiran seseorang yang skeptis mungkin
hanya terbentur pada subjektivitas sempit seperti mencapai ketenaran, menjadi
kaya, memiliki istri cantik dan mencapai posisi yang memaksa orang-orang untuk
memandangnya dengan hormat ataupun menjalani hidup apa adanya tanpa berfokus
pada suatu apa tanpa memiliki suatu idealisme. Ada juga beberapa yang
menggantungkan citanya sedikit terlalu tinggi sehingga angan yang diharap
merupakan kenyataan utopis. Ada juga yang berpegang teguh dengan tali agama,
menelaah kitab-kitab dan lain sebagainya, tanpa membuahkan sesuatu yang berguna
bagi orang disekitarnya. Ya, golongan terakhir ini sangat ‘produktif’.
Keuntungan yang dihasilkan pun hanya berputar kepada diri sendiri, tidak ada
hasil karya, tidak sanggup tercicipi orang lain. Egois.
Ibnu Khaldun dalam buku 'Muqaddimah'nya yang fenomenal
menyatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial dengan konteks yang lebih
kompleks daripada sekedar bergotong royong. Sayangnya, egosentris masih sering
terdapat dalam setiap individu muslim. Mengapa? Karena masih ada satu titik
vital dalam beberapa individu yang belum menemukan atau malah 'enggan' untuk mencari, yaitu apa idealisme perjuangan
hidupnya. Mereka aktif dimana-mana, tapi hanya sekedar aktif, tidak kompetitif
atau malah produktif. Mereka enggan bermandi letih hanya sekedar idealis tapi
bukan manusia realis.
Padahal, tahukah mereka jika keletihan bagi seorang pejuang
adlaah kenikmatan? Dan yakinlah tidak ada balasan untuk kebaikan melainkan
kebaikan pula. Ini merupakan janji langsung dariNya sebagai sugesti agar kita
berjuang kepada idealism yang kita tuju. Membentuk Islam yang progresif? Meraih
cita dengan pasti? Tawazun antara akhirat dengan kehidupan di bumi? Yang
manapun itu, perjuangkan dengan giat, karena Dia lebih mencintai muslim yang
rajin daripada sering bermalasan. Bangkitlah!