Tiba-tiba saya terpingkal.
Untungnya saat itu tidak ada seorang pun di kamar, kecuali seekor kucing di
atas pangkuan yang terbangun gara-gara tawa berisik seorang alien aneh. Saya
terbahak dengan salah satu postingan di 9Gag, terkait seorang gamer saat diwawancarai,
“Apakah kamu mempunyai
pacar?”
“Tidak.”
“Oh, maaf, sepertinya
saya salah. Apakah itu berarti kamu punya cowok?”
“Tidak juga. Saya
lelaki normal.”
Kesal karena gamer ini
seperti menganggap remeh si pewawancara, dia bertanya lagi, “Lantas mengapa
kamu tidak berusaha cari pacar? Dengan tampangmu, saya kira itu hal mudah.”
Senyum yang merekah di
wajah sang gamer cukup mengejutkan. “Dulu saya pernah mengalaminya, lantas saya
sadar. Tidak ada pengalaman dan kesan yang membuat saya sangat bahagia lebih dari
pengalaman ketika bermain game.”
Lagi-lagi saya
tertawa, tapi cukup dalam hati saja, jangan sampai si kucing terbangun dan
mengeong-ngeong minta makan, sudah terlalu gemuk. Apa yang dilontarkan oleh si gamer ini
benar-benar persis seperti yang saya pikirkan. Bukan berarti saya mengatakan
cinta itu tidak penting atau hanyalah hal sekunder, dsb, tidak, itu naif.
Seperti kata aktor terkenal Liam Neeson dalam salah satu wawancaranya, cinta
memiliki kekuatan tersendiri. Tapi bagi saya saat ini, dan menelisik ke
belakang, saat di mana saya benar-benar merasakan jatuh cinta adalah yang
bertepuk sebelah tangan ataupun terpaksa gagal kareka faktor luar, saya gigit
jari.
Walhasil, saya
merenung kembali. Jika cinta adalah permasalahan takdir, mungkin yang saya
butuhkan kali ini bukanlah hal itu. Bahkan benar, semisal, pelbagai tulisan
yang pernah diketik, baik yang inspiratif maupun menuai kritik, semua itu tidak
berdasarkan motif asmara atau cinta. Hampir setiap ide yang menginspirasi
karya, semua lahir dari proses pengalaman yang tercampur dengan nuansa magis
saat membaca buku ditemani sebuah lagu, menonton anime, ataupun memainkan
sebuah game.
Oh ya, sebagai penutup. Serial Kidou Senshi Gundam terbaru: Tekketsu no Orphans, hemat pribadi lebih menarik daripada One Punch Man. Apa mungkin karena ada kedekatan emosional ya, jadinya saat mendengar ending lagu yang dibawakan oleh MISIA, seperti lupa jika minggu depan masih ada UAS, hahaha. Inochi no kate wa, senjo ni aru! Barbatos, ikou se!