Kagum pada mentari saat hangatnya silau mataku
Panas di ujung pelipis adalah kala bahgia Sang Hati
Rindu dikecup angin tuk menghantar Damai kembali ke kalbu
dan menyongsong dayang langit, pergi segan, balik tak mau
Rindu pada gunung yang hijaunya menantang awan
Gemilau megahnya tak sudi patuh pada kerlip bintang
Dipatok tegak, langkah kaki terasah menantang
dan disiram peluh mereka yang disebut, pejuang
Kemudian rindu pada biru, saat langit dan laut berseteru
tercarut-marut burung murai yang bersiul-siul pilu
dalam arak mata memandang hanya fatamorgana
berlanjut dalam hening cipta dan memuji Sang Kelana
Kelak, dalam sanubari yang bertitah lantang
beribu sajak tak ubah pias drama picisan
Sembari ragu tuk tergerak, tetap tertawa
Beringsut, mengkerut, merapal, bersahaja
Siluet, petang, merona, senja
Dalam akhir kamus hidupku yang tak mengenal usai
akhirnya terdengar sebuah kata -
metamorfosa
Panas di ujung pelipis adalah kala bahgia Sang Hati
Rindu dikecup angin tuk menghantar Damai kembali ke kalbu
dan menyongsong dayang langit, pergi segan, balik tak mau
Rindu pada gunung yang hijaunya menantang awan
Gemilau megahnya tak sudi patuh pada kerlip bintang
Dipatok tegak, langkah kaki terasah menantang
dan disiram peluh mereka yang disebut, pejuang
Kemudian rindu pada biru, saat langit dan laut berseteru
tercarut-marut burung murai yang bersiul-siul pilu
dalam arak mata memandang hanya fatamorgana
berlanjut dalam hening cipta dan memuji Sang Kelana
Kelak, dalam sanubari yang bertitah lantang
beribu sajak tak ubah pias drama picisan
Sembari ragu tuk tergerak, tetap tertawa
Beringsut, mengkerut, merapal, bersahaja
Siluet, petang, merona, senja
Dalam akhir kamus hidupku yang tak mengenal usai
akhirnya terdengar sebuah kata -
metamorfosa