Hanya ada satu temaram lampu disitu; kuning, buram dan menyala samar. Vrathdar sedikit menengadah. Di lorong yang sempit, lembap, bau kotoran yang menyengat hidung, ditemani oleh beberapa ekor tikus yang berlarian kesana-kemari, sepertinya hanya dia satu-satunya manusia disana. Dia berjalan sedikit, bunyi PLOP! yang keras menggema di dinding lorong setiap kali sepatu ketsnya menginjak lantai yang becek dan bercampur lumut hijau pekat. Yang di pikirannya kini satu, bagaimana cara keluar dari tempat menjijikkan ini!
Tiba-tiba dia berhenti. Dia tepat berada dibawah lampu sekarang, dan sejauh mata memandang, sama sekali tidak ada penerangan lagi di depan. Remaja bercelana jeans biru dekil itu berpikir, seandainya dia terus berjalan maju, siapa yang akan ia temui nanti? Atau barangkali….apa?
"Bah, di lorong sempit seperti ini, emang ada setan ya?", Vrathdar mengucap dalam hati. Simpul tersinggung di bibir, mungkin hanya itu kini yang dapat menghibur hatinya. Tapi di balik senyumnya, rasa cemas yang amat sangat menjalar di sekujur tubuh. Satu-satunya alat penerangan yang memungkinkan adalah handphone miliknya, tapi alat itupun sudah pecah semenjak ia tersadar tadi.
Wajahnya mengeras. Dia bertekad akan terus berjalan maju, apapun yang akan terjadi nanti. Vrathdar melangkah perlahan. Bunyi PLOP! yang tadi bergema telah tersamarkan menjadi sebuah desis dan kecipak air. Sambil berjalan ia terus berpikir, bagaimana aku bisa berada disini? Tempat apa ini? Mengapa dan apa yang telah aku perbuat? Pertanyaan-pertanyaan itu berputar bagaikan gasing di kepalanya. Dan sambil terus bejalan, bertanya-tanya….
PLOP! PLOP!
Vrathdar terkejut. Refleks, dia menoleh kebelakang. Hanya sinar lampu yang semakin pudar ia melihat. Tetapi dia tahu, suara barusan adalah suara seseorang berjalan…atau sesuatu. Dan suara itu bukan berasal dari kakinya. Vrathdar terdiam.
PLOP! PLOP! PLOP!
Mukanya berubah pasi. Suara itu berasal dari kegelapan di depannya! Seketika dia langsung berbalik arah, mencoba berlari…tetapi terlambat, suara PLOP! PLOP! PLOP! berada tepat di belakangnya. Sesuatu yang basah, berlendir, dan sedikit kenyal menyentuh pundaknya. Vrathdar menoleh, dan ia tidak percaya apa yang ia lihat!
Teriakan manusia menggema di sebuah lorong gelap nan sempit.
"Aaargh…!!"