-renungan untuk para sahabat jurnalis di mana saja-
Berapa harga yang harus kita bayar saat membeli buletin
Informatika Orsat ICMI Kairo? Cukup murah, hanya 1.5 LE. Sehari-harinya kita sanggup
mengisi perut dengan menu ala Mesir dengan menghabiskan hanya 10-12 LE untuk 3
kali makan. Tasdiq Azhar dapat kita
pegang setelah membayar 35 LE kepada khazinah.
Hampir setiap jenis barang di dunia ini mempunyai harga pasti di pasaran.
Meskipun terkadang terdapat selisih angka maupun nominal dalam harga setiap
barang, para pedagang sangat kompetitif dalam menarik pelanggan. Intinya, agar
barang mereka terjual habis dan meraup banyak keuntungan.
Tetapi sayang, banyak yang mematok harga untuk dirinya
sendiri terlewat murah. Anggap aja si D. Dia mengobral kata kemana-mana, hingga
terpuruk karena menipu diri, tapi demi ketenaran dan buah bibir, rela
mengorbankan jati diri. Saat bercakap-cakap dengan seseorang, pasti dia akan
menjawab bahwa hobi atau kegemaran yang ia miliki, sama dengan lawan bicaranya.
Dia akan membenci sesuatu atau seseorang yang lawan bicaranya benci. Tapi hanya
pada saat itu saja. Pada saat dia berada bersama lawan bicaranya. Dia akan
berkata sebaliknya jika sudah meninggalkan orang itu. Perkataannya juga akan
berbeda kepada setiap orang yang ia temui. Orang-orang yang tidak terlalu
mengenalnya akan mengecap dia sebagai orang baik, karena selalu bersikap ramah.
Bisa jadi mereka sayang, karena kesamaan hal dalam hobi, kegemaran dan sifat.
Tapi orang yang sudah mengenal si D teramat dekat jelas
mengetahui bahwa dia bermuka dua dan tidak mempunyai prinsip.
Alangkah sayang jikalau sebuah prinsip yang sebelumnya
terjunjung tinggi, melenceng 180 derajat atau bahkan berlawanan arah setelah
menerima iming-iming jabatan, harta atau demi seseorang yang ia sukai. Jabatan,
apa sih yang bisa mengatur posisi disamping takdir dan realita? Kita tidak akan
pernah tahu kapan seseorang akan tergantikan dari posisinya dan kapan seseorang
dipromosikan naik tingkat. Siapa tahu kali ini anda adalah seorang CEO, esok
hari sudah menggelandang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Kemudian ada harta. Apakah anda sanggup mengatakan harta
tersebut akan abadi? Tidak mungkin. Pada masanya nanti, anda akan merasakan
jika kas semakin kosong dan dompet semakin tipis. Lantas anda harus mencari
lagi. Mengemis lagi. Sedangkan yang terakhir, cinta. Percuma jika anda
menyama-nyamakan hobi yang anda miliki dengan sang pujaan hati. Menyukai film,
lagu, hobi ataupun gaya hidup yang ia gemari meskipun dalam hati berteriak
pahit. Tidak henti-hentinya menipu diri. Tidak akan kekal cinta semacam ini.
Seyogyanya, sebuah prinsip
merupakan cermin nurani dan pasti mengarah dalam kebaikan. Tapi jika
sekali saja tergoyahkan, prinsip tersebut akan kehilangan niatnya yang ‘murni’
dan menjadikan harga diri sang pemilik prinsip menurun drastis. Tapi tidak
dengan jurnalistik. Dalam dapur redaksi kami, setiap diri tertempa masalah baru
yang hampir merubah kesepakatan bersama, pasti terpental dengan usaha bersama.
Kami tidak ingin prinsip jurnalistik yang kami pegang teguh, terobral murah
dengan diskon besar-besaran. Harga diri seorang jurnalis sangat tinggi, hanya
dapat disetarakan dengan veritas.
Ujung kata, “Jibun no kachi wa jibun de
kimeru mono sae.” Anda sendiri-lah yang menentukan berapa kualitas harga
diri pribadi.