Seberapa sering kita memejamkan
mata, hanya tidur ayam, sembari menunggu pesan kita dibalas si dia, mau tidur
malam karena sudah waktunya meski belum mengantuk, atau karena memang
benar-benar sedang tidak ada kerjaan sama sekali? Mata terpejam, mulut dibiarkan
separuh terbuka, nafas sudah diatur lambat-lambat, tapi tetap saja tidak bisa
tidur. Ada saja yang dipikirkan, seperti ratusan ‘seandainya’ dalam
kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan, mimpi-mimpi yang belum terlaksana,
hutang-hutang yang belum terbayar dan bagaimana melunasinya, keran yang bocor,
kucing yang mengeong, dan banyak lagi. Hal-hal yang sekiranya tidak perlu
dipikirkan, tapi berloncatan begitu saja di dalam otak. Naasnya, mereka sering
sekali bikin gaduh sebelum kita tidur, dan acapkali kita tertidur hanya dalam
satu kondisi: letih yang sangat.
Hidup sebagai mahasiswa, misi
mereka tidak jauh dari: kuliah, ujian, pacaran, bersenang-senang. Lulus dari
kampus, kita diserbu ujian kehidupan selanjutnya: pekerjaan, gaji, rumah,
keluarga, warisan. Tidak ada kata titik dalam kehidupan, lulus dari satu
sekolah, masuk ke sekolah lain, yang terakhir sekolah kehidupan. Banyak sekali
kegiatan yang akan mewarnai pola kehidupan kita, terutama bagaimana kita
mengatur diri dan aktivitas yang kita lakukan akan mempengaruhi kesehatan kita
ke depan, terutama pola makan dan pola istirahat.
Saya tidak akan membahas banyak
terkait pengaruh pola makan terhadap kesehatan, karena itu bukan bidang saya, begitu
juga dengan hubungan erat tidur dengan otak dan bagaimana durasi tidur sangat berpengaruh
ke kinerja jantung. Sebenarnya durasi tidur yang dibutuhkan seseorang
berbeda-beda sesuai umur dengan aktivitas hariannya, dan karena hal tersebut
dapat ditemukan di banyak artikel kesehatan, tulisan ini tidak akan membahas
itu sama sekali.
Kita akan membicarakan tentang
posisi tidur dan kaitannya dengan karakter seseorang. Tapi sebelumnya, tolong
buang jauh-jauh angka 69 dari pikiran kalian.
Profesor Chris Idzikowski,
direktur dari Sleep Assessment and Advisory Service, mengadakan sebuah riset
terhadap 1000 masyarakat Inggris. Hasil yang muncul, sangat mengejutkan. Ada
enam posisi tidur dari sekian banyak posisi lainnya yang mengindikasikan
karakter seseorang.
Lebih lanjut dia menyatakan,
mengapa posisi tidur berkaitan erat dengan kepribadian orang, karena posisi
tidur sama halnya dengan bahasa tubuh yang kerapkali dilakukan seseorang secara
tidak sengaja dan mengekspresikan perasaan asli seseorang tanpa disadari. “Kita
semua paham betul bahasa tubuh seseorang dalam keadaan terjaga. Sudah banyak
buku beredaran di luar sana tentang bagaimana membaca bahasa tubuh seseorang, tetapi
tidak banyak yang menjelaskan bagaimana kita bisa membaca seseorang dari gaya
tidurnya.” Idzikowski menarik napas. “Lebih menariknya lagi, bagaimana posisi
tidur seseorang itu memiliki makna yang tidak bisa kita duga. Bisa jadi di
kesehariannya seseorang bersikap tegas, lantang, keras. Tapi gaya tidurnya
menyatakan sebaliknya.”
Penelitian di atas juga
menjelaskan bagaimana gaya tidur seseorang berkaitan dengan kondisi kesehatan.
Semisal dalam masalah pencernaan dan masalah pernafasan, dua hal ini berkaitan
erat dalam menentukan posisi tidur seseorang apakah dia akan menempel di
dinding atau dalam posisi salto. Begitu juga apakah dia akan tidur mendengkur
atau malah mengaum.
Berikut enam posisi tidur serta
penjelasannya:
(Untuk selengkapnya, klik di sini)