Apabila kamu ingin berbantah kata dengan Diam, coba tanyakan kepada galau yang bergaduh di hati. Sedikit, atau tidak lama gundah itu bersarang, tetapi lemah jika sedikit saja terantuk batu karang bernama emosi. Dan dikala puncak antara sedih, senang, gembira, cemas, marah dan sakit perut bercampur, kepala itu akan meledak-ledak bagaikan lokomotif yang baru mau bertolak, muntah asap. Ini adalah anekdot dimana dua orang berbeda karakter bersikap, yang satu diam karena sedang mencoba berpikir dingin, sedangkan satunya lagi sedang diam tapi menahan marah.
Mestinya diam itu emas, ibarat tuah pepatah. Tetapi diam itu sendiri mempunyai dua sifat, entah mau kita gunakan secara ofensif, ataupun defensif. Tertukar sedikit saja sudah berakibat fatal. Bukan esok atau lusa hari, tapi lima detik setelah diam itu! Coba bayangkan apabila kamu sedang tersesat, lepas arah, tidak tahu jalan, kemudian sambil mata jelalatan kesini-kemari, mulut tetap diam. Ingin bertanya, sungkan. Enggan bertanya, dalihnya: "Mau berbuat sopan." Haha, boleh lah jika kamu memiliki kemampuan navigasi berkelas, asal diberitahukan arah dan ciri-ciri tempat dengan tepat, ketemu sudah. Tapi jika kamu seperti penulis yang suka kerepotan karena susah membedakan mana Utara dan mana Selatan, sama saja seperti menahan kentut di tempat perkumpulan. Gak enak. Bingung. Merepotkan. Mau izin keluar, takut ketahuan. Ujung-ujungnya ditahan, dengan diam. Hening. Tiba-tiba saja semua orang menutup hidung, kibas-kibas tangan, sambil bertanya-tanya: "Woi, siapa yang ngentut?!". Kalau kamu punya persediaan banyak topeng buat nutupin tuh muka yang udah mirip kepiting rebus, penulis sangat menganjurkan untuk berbuat seperti itu. Tapi kalo gak, jangan salahkan aku kalo semua tangan lantas menuding kamu sambil teriak: "Kamu yang ngentut ya? Ngaku lo! Dasaar..!". Ini adalah salah satu contoh diam di waktu yang salah dan tempat yang salah. Apa solusi jika menemui permasalahan seperti di atas? Ngomong. Talk it. Speak it! Shout it!! Scream it!!! I AM HERE…AND I WANNA TALK ABOUT SOMETHING, AKU INGIN KENTUUT!!! ………………..Ok, itu ide konyol. Yang jelas, kata-katanya tidak seperti itu, kamu minta izin untuk keluar sebentar, tidak usah bilang terang-terangan, cukup dengan nada meyakinkan, dan anda bisa menarik nafas lega setelah keluar ruangan. Terutama dalam contoh awal, ngapain juga berdalih sopan untuk tidak bertanya ke orang lain mengenai arah jalan, itu bukan sopan namanya, tapi malu-malu mau. Yang masih tetap memegang prinsip diam, biasanya setelah kesasar baru sadar, kemudian berjalan balik untuk kembali tersasar lagi. Jalan lagi, belok sedikit, kesasar lagi. Mampus.
Terus kira-kira diam yang ofensif atau defensif itu seperti apa? Gampangnya, bayangkan kamu saat ini sedang berbicara dengan seseorang. Dari sebuah pembicaraan santai, sedikit berlanjut serius, langsung pasang mata sedikit melotot siap-siap untuk debat. Dalam debat ini, apabila kawan kamu mempunyai pemikiran yang mungkin sedikit berselisih dengan jalan pikir kamu, terus mengemukakan idenya dengan berapi-api, siap-siap siram dia dengan air comberan. Biasanya, orang cenderung terbawa suasana, panas dilawan panas, api dengan api, ujung-ujungnya keduanya terbakar dan langsung baku hantam. Tapi coba sejenak setelah dia mengemukakan pendapatnya, kamu diam, sembari kembali menjernihkan otak dan meluruskan pikiran, baru kamu berkata balik. Omongannya jangan langsung dibalas! Biarkan diam, mungkin sambil tersenyum, lalu dengan sopan baru kamu mengemukakan pendapat kamu. Diam kamu yang mungkin hanya sepersekian detik itulah kuncinya. Kamu diam, agar dia yang semula darahnya meletup-letup panas, lambat-laun mulai padam. Dan kamu diam, agar pikiran yang semula tersumbat, kembali lancar. Diam diatas bersifat defensif, bertahan untuk menangkis baru balik meneyrang (Nah lho?).
Atau ketika kamu sedang dalam perkumpulan. Entah kenapa tiba-tiba saja semua orang saling berebut untuk berkicau dan melempar kata. Ramai. Kacau. Padahal perkumpulan ingin segera dimulai. Kamu diam. Tidak usah gebrak meja atau benturin kepala di tembok untuk menarik perhatian, cukup berdiri (atau duduk kalo memang lokasi kamu waktu itu lebih tinggi dari mereka) di posisi dimana mereka semua bisa melihat kamu, lalu diam. Tahan selama beberapa menit, pasti nantinya mereka akan sadar dan berpikir, "Ada yang tidak beres", lalu mereka mulai kembali tenang. Ini merupakan contoh diam yang ofensif. Tapi jika ternyata mereka sudah mulai kehilangan akal normal mereka, masih tetap dengan kicau-kacau dan ribut yang gak jelas, coba untuk ambil palu. Ambil dulu aja, entar mau diapain juga terserah. (Alternatif lain: pemukul softball, raket, tongkat kayu, gagang sapu, pokoknya yang bisa digunakan untuk bikin tempe penyet.)
"Eh, punya duit seratus ribu gak? Pinjem bentar dong, lagi butuh banget nih…", ini contoh lain lagi, kawanmu meminta dengan tangan mengharap belas kasih setelah melihat kamu keluar dari ATM. Padahal kamu cuma ngecek saldo doang (yang sisa cuma beberapa ratus rupiah….Aargh!!) atau memang habis ngambil duit, tapi lagi butuh banget buat bayar sewa apartemen atau beli obat untuk ortu yang lagi sakit, mungkin. Kamu mencoba menolak dengan halus, sambil menjelaskan alasanmu, tetapi ternyata kawanmu itu tetap ngotot. Dan Nabi pun bersabda: "Dalam diam tersimpan berbagai hikmah." Kamu diam, pasang topeng memelas yang pas di wajah biar gak ketahuan, baru sekali lagi jelaskan kepada dia alasan kamu kenapa gak bisa minjemin duit. Apalagi setelah tahu kalo ntar duit yang kita pinjemin hanya dipake buat nraktir si doi atau nongkrong-nongkrong di mall pasang gaya paling gokil, kiranya keren tapi norak abis. Geez…..Sekali lagi kawan, disini diam jadi tokoh antagonis. Mari kita beri applause yang meriah!
Tetapi ada juga orang yang hobinya diam, kadang-kadang nyanyi-nyanyi sendiri gak jelas, kadang-kadang kedua alisnya merengut, tapi bisa saja bibirnya membentuk senyum yang gak jelas juga, dan tahunya pas sekali ngomong bikin semua ketawa cekikikan. Ni diam paling berbahaya. Diam ini bersifat diplomatis, aristokratis, sok politis, gaya-gaya cuek bebek pas dideketin langsung nembak…DUUT! Dan semua orang disekelilingnya menutup hidung, menahan polusi asam sianida yang mewerbak wangi sampai ke pojok ruangan. Sekali lagi, diam ini tidak termasuk di kategori dua macam diam diatas, jadi jangan sekali-kali ditiru atau coba dilakukan. Orang-orang seperti ini sering didapetin pasang topeng sok cool mereka di awal kali ketemu, ketika sudah semakin dekat, baru topengnya terkelupas satu-satu, tapi masih sedia topeng jika saja situasi n kondisi memaksa. Mereka diam bukan sedang melamun, tapi berpikir: "Hari ini aku mo akting seperti apa ya?", padahal aslinya cuma aktor figuran atau sekedar script-writer dadakan. Begitulah karakter diam mereka, karena bisa jadi diamnya diam licik. Diam karena laper tapi kehabisan duit, malas ngomong karena belum sikat gigi, pengen ngejotos tembok tapi masih mikir-mikir apa perban di rumah sudah habis atau belum, bingung mo nulis status apaan di Facebook, pusing gara-gara diktat kuliah yang bejibun, atau bisa jadi karena lagi ngantuk, mo tewas tertidur tapi bukan saatnya nungging di atas kasur. Orang-orang seperti ini juga sering terlihat mengenakan headset di kuping. Tapi jangan pernah pembaca menyimpulkan paragraf terakhir ini bercerita tentang si penulis, negative-thinking tu haram. Asli. 100% guaranteed gak bakalan tembus surga orang-orang yang suka su'udzon kayak gitu. Tu cuma contoh diam yang mempunyai sedikit….kelainan akut. Karena sebenarnya dalam diam, seribu kata tersampaikan. Dalam diam, tersembunyikan berjuta perasaan. Hanya bingung mau mulai dari mana. Terus pusing mo bilang apa, karena ujung-ujungnya: "Aku ngidam Strawberry-sundae….!."
Ok, berarti sudah dulu deh. Pengen langsung pinjem duit n ke McD buat nemuin si doi…Si Manis n Cute Strawbery-Sundae! Itadakimasu ;P.
10 comments:
diem aja deh wat kata yg terakhir...:)
April 9, 2010 at 11:28 AMHari gene msh diem? Please, shout it up man. Biar dunia tau apa yg ada di pikiranmu. Mangnya dunia tkg ramal,yg bs nebak isi hati orang tanpa adanya kata2.
April 9, 2010 at 1:39 PMTapi ada kalanya diam itu baik. Yaitu ketika ngeliat raxen pergi ma onta, Mia jadi diam. Ga tega bilang kalo kalian serasi bgt kekekekek *kabuuur*
diam....
April 9, 2010 at 9:07 PMada saatnya baik ada saatnya buruk,,
x>cenith: Tul! Setuju banget! Tapi gk mnta dtraktir kan? Asli lg bokek :D
April 10, 2010 at 12:03 PMx>KucingTengil: ya iyalah atuh, wahai mutan hasil kloning kucing ma vampir...Sekarang ini jamanny revolusi kata, but sometimes... there are things that better left unspoken, unrevealed. Kl mo jujur, well, hrus kreatif :P
x>Yunna: siiip, bener banget. Emang begitu kenyataanny
bergerilya subuh-subuh, mengunjungi kawan lama...
April 10, 2010 at 3:46 PM"Diam itu berfikir, banyak bicara itu penyesalan".
April 11, 2010 at 10:01 PM(Socrates)
mmmm, mutan kloningan kucing-vampir ngelawan perpaduan raxen dan onta, kayaknya bisa jadi film bagus tuh, huehehe...
April 12, 2010 at 5:56 PMHai Rax, pa kabarrrr? :p, maap neh baru nongol, hihiii...
hahaha...postingan yang menarik :D
April 23, 2010 at 9:46 PMdalem juga, tapi enak dibaca... salut...
August 25, 2012 at 12:05 AMciao smua :) trima kasih atas apresiasiny
August 25, 2012 at 3:00 AMPost a Comment