Under the crescent light, that blissful night...
Mungkin bukan berpengharapan, karena diri sesungguhnya tidak mengetahui bagaimana perasaan Bulan terhadap pungguk yang menatap diri dari pantulan kolam bening pun enggan. Tetapi jika benar perasaan itu sama, dan sekiranya Bulan pun menjaga hati sampai sebuah hari tiba karena pungguk akan selalu bersikap sama, maka tidaklah salah apa yang dilakukan dua orang manusia.
Dalamnya lautan bisa diterka, dalamnya jiwa sebuah enigma.
Memang benar, manusia tidak akan benar-benar terlepas dari masa lalunya. Kita yang sekarang tidak akan dicap jauh-jauh dari yang berkelewatan. Patokan masa lalu selalu menjadi hambatan, penghalang kepercayaan, tapi apa musti menjadi sebuah keniscayaan? Rosalind Luttece, dalam sebuah epik Bioshock Infinite, menjelaskan bahwa itu hanyalah masalah syntax. Tapi tidak banyak yang mengetahui bahwa tidak selamanya sebuah patokan menjadi sebuah pembenaran. Dan apakah (kembali ke atas) masa lalu yang telah mengecap merupakan kebenaran?
Bagaimana kaitan sebuah komponen antara A dengan C apakah selalu sama dengan A dan B, dan silogisme XYZ dengan ZYX adalah dua rupa utuh sama persis? Bahkan dalam dunia fisika, probabilitasnya adalah infinit. Tidak terbatas. Ah, seandainya saja dia bisa membaca pikiran saya, bukan hanya sebaliknya. Bahkan setelah semua pengakuan itu, entah apalagi yang musti diungkap.
Pada sebuah malam, mungkin ada sebuah terima kasih kepada pungguk dari sebuah Bulan. Tak menahu bahwa mungkin pungguklah yang perlu berkata begitu.
Mungkin bukan berpengharapan, karena diri sesungguhnya tidak mengetahui bagaimana perasaan Bulan terhadap pungguk yang menatap diri dari pantulan kolam bening pun enggan. Tetapi jika benar perasaan itu sama, dan sekiranya Bulan pun menjaga hati sampai sebuah hari tiba karena pungguk akan selalu bersikap sama, maka tidaklah salah apa yang dilakukan dua orang manusia.
Dalamnya lautan bisa diterka, dalamnya jiwa sebuah enigma.
Memang benar, manusia tidak akan benar-benar terlepas dari masa lalunya. Kita yang sekarang tidak akan dicap jauh-jauh dari yang berkelewatan. Patokan masa lalu selalu menjadi hambatan, penghalang kepercayaan, tapi apa musti menjadi sebuah keniscayaan? Rosalind Luttece, dalam sebuah epik Bioshock Infinite, menjelaskan bahwa itu hanyalah masalah syntax. Tapi tidak banyak yang mengetahui bahwa tidak selamanya sebuah patokan menjadi sebuah pembenaran. Dan apakah (kembali ke atas) masa lalu yang telah mengecap merupakan kebenaran?
Bagaimana kaitan sebuah komponen antara A dengan C apakah selalu sama dengan A dan B, dan silogisme XYZ dengan ZYX adalah dua rupa utuh sama persis? Bahkan dalam dunia fisika, probabilitasnya adalah infinit. Tidak terbatas. Ah, seandainya saja dia bisa membaca pikiran saya, bukan hanya sebaliknya. Bahkan setelah semua pengakuan itu, entah apalagi yang musti diungkap.
Pada sebuah malam, mungkin ada sebuah terima kasih kepada pungguk dari sebuah Bulan. Tak menahu bahwa mungkin pungguklah yang perlu berkata begitu.
0 comments:
Post a Comment