"Memento Mori"

My comment:

 Apa yang pertama kita lakukan jika kita pertama berkenalan dengan seseorang? Ada yang yang langsung melihat ke pakaian yang ia pakai, apakah dia orangnya rapi atau tidak. Ada juga yang melihat dari gayanya, apakah dia orangnya cuek? Santai? Serius? Kemudian menanyakan teman-teman terdekatnya. Ada juga yang langsung mengajaknya bicara, kalo dia ngomongnya enak, berarti dia enak jadi temen (emang permen!). Ada juga yang pura-pura cuek, biasa aja, tapi mengamati diam-diam, sekaligus menilai: "Siapa sih sebenarnya kamu itu?"

~{x-Penasaran? Langsung aja "click" judulnya untuk artikel lebih lengkap!-x}~

Macam-macam cara orang PDKT, tergantung tipe kepribadian kita. Misalkan, kita sudah mendapat seorang teman baru, mungkin dia orangnya ramah, asyik,  pokoknya pas banget lah jadi temen! Maka impresi pertama bahwa dia itu 'ramah', 'asyik' n 'pas banget jadi temen' ngendap di otak kita menjadi memori. Memori yang tertanam di otak kita menggambarkan kriteria teman baru kita yang baik-baik itu.  Akhirnya, berangkatlah sebuah kapal baru di atas lautan hidup bernama "Friendship" selama dua hari.

Dua minggu.

Dua bulan.

Lima bulan.

Loh, kok ternyata orangnya seperti ini? Semula yang kita kira orangnya lucu abis, ternyata mudah ngamuk. Dah gitu kalo marah sambil ngancur-ngancurin barang lagi. Langsung review balik...kira-kira apa yang salah dengan memori kita? Kayaknya gak ada dh? Dulu dia orangnya baik kok, gak kayak gini. Kok tiba-tiba aja berubah 180 derajat gitu?

Let's see, buds! Tidak ada yang salah dengan ingatan kita, 'dia' sendiri juga tidak berubah. Rupanya sang teman kita ini memang bersikap seperti itu di depan orang lain agar mereka menganggap dia sebagai orang baik. Lambat laun, setelah orang-orang di sekitarnya sudah menjadi akrab, maka mulailah dia menampakkan sosok aslinya. Karena dia telah merasa bahwa mereka sudah lega dengan dirinya yang sebelumnya, jadi tidak ada salhnya kalo menampakkan dirinya "yang sesungguhnya". Begitu pikirnya.


Sebenarnya hal ini tidak terbatas dalam hal pertemanan saja. Para diplomat dan politikus menggunakan cara seperti ini untuk meyakinkan lawan bicaranya, saingan ataupun para koleganya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Semuanya akan berjalan lancar. Para pengacara menggunakan metode ini untuk meyakinkan kliennya, sehingga sebuah ungkapan terkenal: "For the lawyer, the worst of times are when you have to force your biggest smile."

Tetapi ada juga beberapa orang yang bisa menutupi dirinya dengan sempurna. Sifat seperti ini sering didapati pada diri para psikopat. Banyak berita dan artikel terkait yang menyatakan bahwasanya jati diri seorang pembunuh berantai dipandang oleh masyrakat sekitarnya sebagai sosok pribadi yang baik, santun, ramah, tidak banyak tingkah dan bersahabat. Tetapi, dibalik itu semua, rupanya terdapat karakter bak hyena lapar. Maka, hati-hatilah kepada orang yang pendiam , karena siapa tau aslinya mereka merupakan jelmaan dari...seorang malaikat! (Hahaha, even if I'm not like that, but I keep wondering...)